DATA TAMAN NASIONAL INDONESIA

Luas, Lokasi, dan Kondisi Alam

Kawasan taman nasional ini membentang seluas sekitar 167.300 hektar yang resmi ditetapkan pada tahun 2004. Wilayahnya meliputi tiga administratif yakni Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan di Provinsi Maluku Utara. Topografi taman nasional sangat bervariasi mulai dari dataran rendah hingga gunung-bukit dengan ketinggian hingga sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut.

Lingkungan alam di kawasan ini menunjukkan karakteristik hutan hujan tropis dataran rendah dan pegunungan serta formasi karst yang cukup khas. Curah hujan dalam kawasan ini tergolong tinggi, dengan salah satu stasiun mencatat lebih dari 3.700 mm per tahun, sehingga membuat wilayahnya lembap dan kaya ekosistem.

Keanekaragaman Hayati

Taman nasional ini merupakan bagian dari hotspot biogeografi Wallacea dan menjadi habitat penting bagi banyak spesies endemik yang hanya ditemukan di Pulau Halmahera. Misalnya, kawasan ini tercatat menampung lebih dari 200 spesies burung serta sejumlah mamalia dan reptil yang endemik, menjadikannya salah satu kawasan konservasi kunci di Indonesia.

Flora di kawasan mencakup hutan dataran rendah hingga pegunungan, dengan jenis kayu dan pohon besar seperti damar dan meranti serta tumbuhan yang hidup di formasi karst. Fauna mamalia dan burung-burung langka di taman nasional ini menghadapi tekanan dari faktor eksternal seperti penebangan dan pertambangan, sehingga konservasi menjadi sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem.

Data Konservasi Taman Nasional Berdasarkan Luas

Berdasarkan data yang tersedia, taman nasional Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut:

Kategori Luas (Hektare) Persentase (%)
Taman Nasional Sangat Luas
> 1.000.000 ha
15,8%
Taman Nasional Luas
500.000 – 1.000.000 ha
21,1%
Taman Nasional Sedang
100.000 – 500.000 ha
35,1%
Taman Nasional Kecil
< 100.000 ha
28,0%

Taman Nasional Terluas

Taman Nasional Lorentz merupakan yang terluas dengan luas 2,4 juta hektare dan mentasbihkannya sebagai taman nasional terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa taman nasional terluas lainnya:

  1. Taman Nasional Lorentz (Papua) – 2,5 juta hektare
  2. Taman Nasional Teluk Cendrawasih (Papua Barat) – 1,45 juta hektare
  3. Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara) – 1,39 juta hektare
  4. Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera) – 1,37 juta hektare
  5. Taman Nasional Kayan Mentarang (Kalimantan Utara) – 1,36 juta hektare

Distribusi Regional

Distribusi Regional Taman Nasional Indonesia per Pulau (Oktober 2025

Papua

12 Taman Nasional dengan fokus pada keanekaragaman hayati tinggi, habitat spesies endemik, dan ekosistem hutan tropis dataran rendah dan pegunungan

Kalimantan

12 Taman Nasional dengan fokus pada konservasi orangutan, ekosistem rawa gambut, dan hutan tropis dataran rendah.

Sumatera

14 Taman Nasional dengan fokus pada perlindungan harimau sumatera, gajah sumatera, dan ekosistem hutan hujan tropis.

Sulawesi

10 Taman Nasional dengan fokus pada keanekaragaman hayati unik, spesies endemik, dan ekosistem pegunungan serta pesisir.

Jawa

6 Taman Nasional dengan fokus pada perlindungan badak jawa, ekosistem pegunungan, dan kawasan konservasi di daerah padat penduduk.

Bali & Nusa Tenggara

3 Taman Nasional dengan fokus pada konservasi spesies komodo, ekosistem laut, dan kawasan konservasi di daerah pariwisata.

Maluku

3 Taman Nasional dengan fokus pada keanekaragaman hayati laut, spesies endemik, dan ekosistem pesisir serta pulau-pulau kecil.

Maluku Utara

2 Taman Nasional dengan fokus pada konservasi hutan hujan tropis, spesies endemik Halmahera, dan penguatan peran masyarakat adat.

Sejarah Penetapan dan Pengelolaan

Sejarah Penetapan dan Pengelolaan

Kawasan Aketajawe-Lolobata awalnya diajukan sebagai kawasan lindung sejak tahun 1980-an dan kemudian diresmikan sebagai taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 397/Menhut-II/2004 pada 18 Oktober 2004. Pengelolaan kawasan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk lembaga konservasi, pemerintah daerah, dan masyarakat adat yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan.

Kedua blok pengelolaan yakni Blok Aketajawe dan Blok Lolobata memiliki tantangan tersendiri dalam aspek pengawasan, fasilitas, dan partisipasi masyarakat lokal. Partisipasi masyarakat adat seperti suku Tobelo Dalam sangat krusial dalam menjaga fungsi kawasan ini sebagai area konservasi sekaligus menjaga keseimbangan sosial-ekologis.